25 April 2009

Indahnya Hidup Merdeka (1)

Indahnya Hidup Merdeka (1)
Sumber: Aa Gym
Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung, yang selalu ingin membahagiakan hamba-hamba-Nya, dengan menjadi pribadi yang bebas dari perbudakan hawa nafsu, perbudakan cinta dunia, atau perbudakan apapun yang akan merampas kemuliaan dan kebahagiaannya. Satu-satunya jalan menjadi tuan yang berhak memerintah dan mengatur dirinya sendiri adalah dengan menjadi hamba Allah semata.

Shalawat dan salam semoga tercurah bagi baginda Rasulullah Saw. yang hidupnya benar-benar merdeka dari perbudakan apapun, selain mulia menjadi hamba Allah semata.
Saudara-saudaraku yang budiman, alangkah pilu dan pedih melihat bangsa yang terjajah dan terampas kemerdekaannya. Diatur dan diperintah semata-mata untuk mengikuti selera yang menjajah. Tiada ketentraman, tiada cita-cita, tiada kebahagiaan, dan tiada masa depan yang cerah.
Kita saksikan pula negeri kita yang pernah dijajah Belanda 350 tahun lamanya, lalu dilanjutkan oleh penjajahan Jepang. Hasilnya, walaupun kini kita sudah merdeka tapi kita tetap terpuruk dalam ujian yang seakan tiada akhirnya. Karena kendatipun bangsa kita telah merdeka, ternyata sebagian besar pemimpin dan rakyatnya --serta boleh jadi termasuk kita-- masih dijajah oleh bentuk penjajahan yang lain, yang membuat hidup kita tidak bahagia, tidak merdeka dan tidak mulia.
Artikel kecil ini mudah-mudahan akan mengantarkan kita untuk menyadari betapa pentingnya membebaskan diri dari belenggu yang akan merusak martabat kita sebagai manusia mulia, karena terjajah oleh sesuatu selain Allah.

Hidup yang merdeka adalah:
1. Tidak Disiksa oleh Banyaknya Keinginan
Memiliki keinginan adalah sesuatu yang sangat manusiawi, bahkan manusia bisa maju dan berprestasi karena keinginan. Tetapi, jikalau hidup diperbudak keinginan sampai terampas kebahagiaan, ibadah, waktu, pikiran, tenaga, bahkan biaya hanya untuk meladeni keinginan kita, dan keinginan tersebut nyata-nyata tidak membawa manfaat bagi kemuliaan dunia dan akherat, berarti kita sudah dijajah oleh keinginan.
Lihatlah orang yang disiksa oleh keinginan memiliki rumah megah, mobil baru, penampilan yang selalu trendi, hari-harinya benar-benar hari-hari yang terjajah. Tidak layak kita menggadaikan hidup ini untuk meladeni setiap keinginan.
Kita harus selalu berpikir jernih. Keinginan yang harus kita penuhi adalah keinginan yang disukai oleh Allah, yakni keinginan yang bisa menjadi ladang amal saleh kita dan bekal untuk kepulangan kita ke akhirat. Dengan demikian perjuangan kita pun akan menjadi ibadah. Dapat atau tidak yang kita inginkan, insya Allah tetap menjadi amal kebaikan dan bisa menjadi bekal pulang yang bernilai.
Allah berfirman, “...kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran [3] :159)
Sempurnakan ikhtiar dan bertawakallah karena tawakal itulah hakekat keinginan. Yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Begitupun sebaliknya, buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah.
Allah juga berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah [2] : 216)
Dengan kata lain, silakan miliki keinginan tapi pastikan keinginan itu menjadi pengantar ke jalan yang lurus dan ikhtiar di jalan-Nya, serta serahkanlah kepada Allah apa yang terbaik menurut Allah semata. insya Allah kita akan bebas dari penderitaan disiksa oleh keinginan.

2. Bebas dari Perbudakan Nafsu
Nafsu adalah bagian dari karunia Allah yang melengkapi kehidupan kita menjadi bahagia bahkan mulia. Namun, nafsu harus terkendali. Kita lihat orang-orang yang diperbudak nafsu syahwat, hari-harinya hanya memikirkan kemaksiatan.
Sepatutnya kita merenungkan firman Allah berikut, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. Al Kahfi [18] :28)
Bahkan kita lihat ada orang yang melumuri dirinya dengan perbuatan yang sangat rendah karena diperbudak oleh syahwat. Dia berzina dan memperkosa, sehingga menghancurkan nilai-nilai yang ada pada dirinya dan juga menghancurkan orang lain, semata-mata karena diperbudak oleh syahwat. Padahal kalau kita lurus di jalan Allah maka kita akan mendapatkan ganjaran dari setiap aktifitas yang kita lakukan.
Begitu pula orang yang diperbudak nafsu amarah, pikirannya penuh kekejian, dendam membara, tutur kata penuh angkara murka, tindakan menjadi keji dan hina, dan sudah pasti dia tidak akan pernah disukai oleh orang lain, sehingga hari-harinya penuh ketegangan, na’udzubillahi mindzalik.
Untuk itu, waspadalah bagi siapapun yang tidak bersungguh-sungguh melatih diri untuk mengendalikan amarah, maka akan habis kehidupannya karena dijajah oleh nafsu amarah.
Betapa pengasihnya Allah yang telah memberi peringatan kepada kita dalam firman-Nya, “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Q.S Yusuf [12] : 53)
Wahai sahabatku yang baik, hidup tidak pernah bahagia dan mulia bagi orang-orang yang dijajah oleh kemarahan. Kita harus berjuang sungguh-sungguh untuk melatih diri menjadi seorang yang dapat mengendalikan marah, melatih diri untuk tidak mudah tersinggung, melatih diri untuk mudah memaafkan dan memaklumi keadaan orang lain, bahkan kalau bisa latih diri kita untuk membalas dengan kebaikan kepada orang-orang yang khilaf berbuat keburukan kepada kita. Kalau kita terkendali dari nafsu amarah dan syahwat, insya Allah hidup ini lebih ringan dan bermartabat
3. Tidak Diperbudak Asmara
Salah satu yang memperindah dan menghiasi hidup kita adalah cinta. Tapi kita lihat ada orang yang dikutuk orang tuanya, bahkan terjerumus ke lembah nista dalam perbuatan-perbuatan yang hina justru karena cinta --tentu cinta buta-- yang membuat tidak bisa melihat kebenaran.
Waspadalah saudaraku, jatuh cinta ibarat memasuki sebuah pusaran air, kalau tidak hati-hati semakin cinta semakin membelenggu, semakin hanyut, berkurang rasa malu, dan membara nafsu yang akhirnya menyengsarakan dunia akhirat, kecuali cinta di jalan Allah.
Jatuh cinta ibarat memasukkan ayam kampung ke kamar, akan sulit mengusirnya. Kalaupun susah payah mengusir, maka kamar akan berantakan. Begitulah orang-orang yang dilanda asmara dan tidak sungguh-sungguh menjaga diri.
Oleh karena itu jauhilah percintaan yang tidak disukai dan tidak di jalan Allah. Milikilah cinta yang asli karena Allah yang caranya betul-betul menegakkan apapun yang diaturkan dalam agama. Percayalah, rambu-rambu yang diberikan oleh Allah akan membuat diri kita tidak diperdaya oleh cinta yang tampaknya indah padahal bisa jadi menjerumuskan, na’uzubillahi mindzalik. Berlindunglah kepada Allah supaya kita tidak diperbudak oleh asmara buta.
“Dan, adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (Q.S An-Nazi’at [79] : 40-41)

4. Orang yang Jujur
Saudaraku, setiap kali berbohong maka bohong itu akan menjadi penjara bagi kita. Kita akan selalu was-was, takut diketahui kebohongan (kedustaan) kita yang mengharuskan kita berbuat bohong lanjutannya. Dan bohong itu pun tentu akan menjadi penjara baru. Demikianlah kurang lebih bagi orang-orang yang berdusta, berbohong atau tidak jujur dalam hal apapun.
Tidak akan merdeka orang-orang yang tidak menjaga dirinya dari kedustaan dan ketidakjujuran. Rasulullah bersabda, “Tidak ada akhlak yang paling dibenci Rasulullah, lebih dari bohong. Apabila beliau melihat seseorang bohong dari segi apa saja, maka orang itu tidak keluar dari perasaan hati Rasulullah sehingga beliau tahu bahwa orang itu telah bertaubat.” (H. R. Ahmad)
Pastikanlah kita menjadi orang yang menikmati hidup jujur. Semakin sedikit rahasia semakin merdeka hidup ini. Semakin tidak mengenal dusta, semakin tidak terancam diri ini. Tak ada yang membuat kita takut harus diketahui aib dan kebohongan oleh orang lain karena memang kita tidak menyembunyikan sesuatu.
Lebih baik kita disisihkan karena kita jujur daripada kita diterima karena berdusta, berarti sepanjang waktu kita akan penuh ketegangan. Selamat berbahagi bagi saudara yang berjuang menjadi pribadi yang jujur terpercaya karena itulah milik orang-orang yang merdeka dan jujur.

5. Orang yang Tawadhu
Rendah hati adalah kunci kebahagiaan. Semakin kita ingin dihargai, semakin ingin dihormati, semakin ingin dipuji, semakin ingin diperlakukan lebih, maka semakin sengsara hidup ini, karena kita semakin butuh kepada orang lain. Padahal orang lain belum tentu sesuai keinginannya dengan kita.
Orang yang rendah hati, pikirannya adalah justru ingin melihat orang lain lebih berhak untuk dihargai, lebih berhak untuk dihormati, dan tidak melihat orang lain lebih rendah dari dirinya.
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”. (Q.S. Al Furqaan [25] : 28). Ketawadhuan tidak akan pernah menghinakan, bahkan sebaliknya akan mengangkat derajat seseorang.
Adalah mimpi kita bahagia jikalau kita menjadi orang yang sombong dan takabur. Sabda Rasulullah, “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.” (H.R Muslim). Kebahagiaan dan kemerdekaan adalah milik orang-orang yang rendah hati.

6. Orang yang Ikhlas
Ikhlas adalah kunci kemerdekaan hati. Orang-orang yang ria yang hidupnya tamak akan pujian akan menjadi korban mode dan korban jaman. Tetapi orang-orang yang ikhlas tidak pusing dengan penilaian manusia. Yang dia pikirkan adalah selalu memikirkan yang terbaik, dan puas dengan penilaian Allah Yang Maha Dekat serta ganjaran dari Allah yang melimpah dan tidak mengecewakan.
Rasulullah bersabda, “Allah tidak menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridhaan Allah.” (H. R. Ibnu Majah)
Wahai saudaraku yang baik, marilah kita nikmati menjadi orang yang tidak terpengaruh oleh kerinduan dipuji orang lain. Pujian orang hanyalah tipu daya bagi kita, cobaan yang membuat kita sering menipu diri padahal kita tidak layak dipuji.
Tapi pujian dari Allah akan menyelamatkan kita dunia akhirat. Karena Allah yang menggenggam setiap rezeki, kedudukan, kemuliaan, bahkan nikmat dunia akhirat. Untuk apa kita dipuji makhluk yang pasti binasa. Lebih baik puaskan diri ingin dipuji Allah, itulah yang membuat kita merdeka dalam hidup ini.

7. Orang yang Tawakal
Semakin banyak bergantung kepada sesuatu maka kita akan takut kehilangan sesuatu. Seperti orang yang bersandar di kursi akan takut kursinya diambil. Tetapi bergantung kepada Allah, itulah yang akan memuaskan karena Allah menggenggam segala yang kita butuhkan. Allah Maha Tahu masalah kita, Allah Maha Tahu segala jalan keluar dari kesulitan kita, dan Allah-lah yang kuasa atas segala-galanya.
Dan orang yang bertawakal, dicukupi kebutuhannya oleh Allah Yang Maha Tahu kebutuhan kita. Allah berfirman, “...Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”. (Q.S Ath Thalaaq [65] : 3)
Sahabat-sahabatku yang budiman, untuk apa kita bergantung kepada manusia. Makhluk adalah lemah tiada daya dan tidak bisa memberi manfaat bagi kita tanpa izin Allah dan juga tidak bisa memberikan mudharat.
Marilah kita puaskan diri kita, ikhtiar kita, dan ketawakalan kita. Gigihnya ikhtiar jangan mencuri hati dari tawakkal kepada Allah. Yakinnya kepada Allah jangan pernah mengurangi ikhtiar kita, itulah orang-orang yang akan menikmati kemerdekaan dalam hidup ini. Akhlaknya jadi mulia dan indah kalau setiap perilakunya bisa menjadi amal shaleh yang menjadi bekal kebahagiaan dunia dan menjadi bekal perjumpaan dengan Allah Azzawajalla.
Sekali merdeka tetap merdeka. Sekali menjadi hamba Allah selama-lamanya hanyalah untuk mengabdi kepada Allah. Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar